The Meaning and Function of the Apem Distribution Tradition in Pengging: A Cultural, Religious, and Social Analysis in a Javanese Context
Contributors
annisa wakhidatus sholikhah
Keywords
Proceeding
Track
General Track
License
Copyright (c) 2025 International Conference on Cultures & Languages

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Abstract
Masakan tradisional Jawa sering berfungsi sebagai media komunikasi simbolis yang menghubungkan orang-orang dengan nilai-nilai agama, sosial, dan budaya. Penelitian ini meneliti tradisi Sebaran Apem di Desa Pengging, Boyolali, yang merupakan bagian integral dari upacara Saparan tahunan. Kue apem, yang terbuat dari tepung beras, santan, dan gula, diyakini berasal dari kata Arab 'afwun (pengampunan), menjadikannya simbol meminta pengampunan dan berdoa untuk keselamatan. Sari, (2025). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis makna dan fungsi Sebaran Apem sebagai media agama, sosial, dan budaya, serta penanda identitas masyarakat setempat. Menggunakan metode kualitatif dengan triangulasi data (observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi), serta analisis data oleh Miles, Huberman, dan Saldana, penelitian ini menemukan bahwa tradisi Sebaran Apem memperkuat kohesi sosial melalui kerja sama, mencerminkan akulturasi yang harmonis antara nilai-nilai Islam dan budaya Jawa, dan penuh dengan makna filosofis dan religius yang mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya melestarikan warisan budaya tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih kohesif dan harmonis.